Sosial Media untuk Personal Branding!
Tahap wawancara adalah saat krusial untuk seorang pelamar menunjukkan dan menjelaskan kelebihan, skills serta attitude yang dimiliki. Tahap wawancara ini pula menjadi ajang bagi rekruter untuk menanyai seluk-beluk kandidat yang tentu saja berkaitan dengan pekerjaan yang ditawarkan. Jadi jangan kaget ya jika saat wawancara HR biasanya sudah memiliki cheatsheet question list sendiri!
Sering dengar bisik-bisik kalau kamu perlu hati-hati dengan sosial mediamu, karena itu akan berpengaruh pada karier mu?? Nah ini juga menjadi salah satu dari pertanyaan non-teknis saat wawancara. HR bisa jadi bertanya mengenai tentang sosial media kita lho!
Lho, kok bisa? Bukannya sosmed pelamar tidak ada hubungannya dengan perusahaan yang dilamar? Tentu saja untuk beberapa kasus, hal ini memiliki hubungan yang tak terpisahkan. Sosial media pelamar terkadang menjadi bahan pertimbangan HR saat rekrutmen karyawan, karena dari laman tersebut akan menampilkan bagaimana kegiatan sehari-hari dan interaksi pelamar, hal yang paling disorot adalah apakah pelamar memiliki habit atau kebiasaan yang tidak sesuai dengan nilai perusahaan, seperti hate speech.
Tetapi, analisa sosmed ini bukan semata-mata untuk tool requirements saja, melainkan hanya sebagai penambah informasi. Intinya, tidak jarang bahwa para perekrut juga akan melihat bagaimana interaksi calon karyawan di media sosial; seperti interaksi dengan pengguna media sosial lain lewat kolom komentar. Tujuannya ingin melihat apakah calon kandidat itu sering menebarkan kebencian atau justru dia memanfaatkan sosial media untuk personal branding dan kemampuan yang dimilikinya.
Better safe than sorry right? Lebih baik kita melakukan tindakan preventif dengan mulai mengontrol lebih baik lagi perilaku kita di sosial media.
Penggunaan sosial media kita sehari-hari bisa menjadi refleksi pribadi kita lho! Maka dari itu, sebisa mungkin kita optimalkan platform sosial media untuk personal branding kita! Alih-alih menjadi titik lemah, kita bisa mengubah analisis rekruter menjadi nilai lebih personal branding kita. Gimana caranya? yuk langsung aja kita breakdown macam-macam platform sosial media.
Instagram terkenal dengan platform untuk berbagi dalam bentuk foto, video atau hal-hal visual lainnya. Sebagai bentuk membangun personal branding, dalam Instagram kamu bisa mulai dengan langkah kecil untuk update kegiatan sosial kita sehari-hari, hobi atau minat yang sedang kamu dalami dan berbagai pencapaian akademis dan non-akademis. Kamu juga bisa memulai membranding dirimu dengan hal yang kamu sukai, kemudian mulai membahas lebih detail pada setiap postingan di Instagram mu. Bangun hal-hal tersebut dengan vibe yang positif, sehingga energi tersebut juga dirasakan oleh rekruter saat proses analisa sosial media mu!
Jika kamu lebih senang berbagi pengalamanmu dalam bentuk tulisan, mungkin Twitter juga tepat untukmu. Platform ini memudahkan penggunanya untuk sharing pengalaman ataupun fakta menarik mengenai hobimu dengan limit 240 words. Tapi jangan khawatir, dengan terbatasnya kata dalam satu tweet kamu tetap bisa membuat tulisan panjang dengan fitur ‘thread’. Jangan lupa, tetap terbarkan atmosfer positif dan jangan mengandung SARA yaa.
Platform terakhir yang paling tepat untuk professional branding tentu saja kanal LinkedIn. Di LinkedIn, kamu dapat menjelaskan siapa diri kamu beserta background baik disisi pendidikan dan pengalaman serta kegiatan yang pernah atau sedang kamu lakukan secara rinci dan formal. Linedin menjadi tempat paling tepat untuk membangun professional identity kamu serta terhubung kepada banyak praktisi, akademisi maupun sesama job-seeker. Funfact! sekarang banyak banget rekruter dari berbagai macam perusahaan baik yang berkembang atau sudah ternama mengadakan rekrutmen melalui Linkedin. Jadi kamu bisa mempersiapkan diri untuk membranding dirimu lebih profesional di Linkedin dan menjadikan platform lainnya sebagai portfolio mu.
Mengembangkan personal branding bisa kamu mulai dengan hal-hal kecil, namun perlu kamu pahami juga pada bidang mana kamu akan mengembangkannya. Jika kamu suka hal-hal tentang edukasi mulai lah membahas hal-hal yang bekisar pada edukasi dan begitu pula pada bidang lainnya, yang tentunya perlu sesuai dengan minatmu agar kamu enjoy dalam menjalaninya juga.
Peluang branding di sosial media sebaiknya dimanfaatkan secara optimal, mengingat revolusi industri 4.0 yang menitikberatkan pada dunia digital, sehingga kita bisa terhubung secara lebih leluasa pada akses-akses peluang pekerjaan untuk mendapat insight serta membangun identitas serta networking kita secara lebih positif dan luas dibandingkan dengan cara konservatif. Tetap berpegang pada prinsip utama dalam bersosial media adalah, dalam membangun personal branding yang baik adalah menghindari SARA dan hate speech. Kedua hal tersebut adalah hal sensitif yang memungkinkan kamu dipandang memiliki kecenderungan negatif sehari-hari.
Terus kenapa harus lewat sosial media?
Kembali lagi pada konsep utama revolusi industri 4.0 yang menitikberatkan dunia digital dalam keseharian manusia. Salah satunya adalah teknologi terbarukan yang disebut dengan Sentiment Analysis. menurut Monkeylearn sentiment analysis adalah proses scanning dan kategorisasi emosi baik positif, netral atau negatif yang umumnya berasal dari tulisan menggunakan teknik analisis teks. Kemudian, Brand24 melengkapi bahwa analisis teks ini juga akan memberikan informasi nada emosional dari penulisnya.
Biasanya memang Sentiment Analysis digunakan sebagai melihat opini pelanggan dari product ataupun brand yang dijual pada masing-masing platform. Maka dari itu juga terkadang Sentiment Analysis di sebut sebagai opinion mining atau sebuah proses untuk menggali opini dari pelanggan.
Namun, Sentiment Analysis kini sudah meluas bukan hanya untuk mencari opini dari pelanggan namun juga tergeser pada sistem rekrutmen. Beberapa tools digunakan oleh para rekruter untuk mengecek Sentiment Analysis dari para pelamar di masing-masing platform. Maka dari itu, mengapa kita perlu membesarkan sosial media untuk personal branding. Agar ketika memang sosial media mu di screening, rekruter memiliki nilai yang baik dan positif ditambah lagi ketika memang personal brandingmu sudah besar di mata audiens.